1.
PONDOK PESANTREN LIRBOYO
Lirboyo, merupakan nama dari desa yang berada di Kecamatan Mojoroto
Kota Kediri Jawa Timur. Dulu desa ini merupakan sarang penyamun dan
perampok. Namun berkat kerja keras KH Abdul Karim, seorang ulama' yang berasal dari
Magelang berhasil mengubah masyarakatnya menjadi masyarakat yang santun dan agamis, bermazhab ahlussunanh wal
jamaah, dan berorganisasikan Nahdhatul Ulama (NU) lewat pendidikan pesantren.
Sistem
pendidikan dan pengajaran di Pondok Lirboyo, adalah sistem Klasikal dan sistem Klasik (bandongan, sorogan dan wethon).
Sistem klasik diajarkan di Pondok Pesantren Lirboyo sebelum berdirinya
Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien tepatnya sejak berdirinya Pondok Pesantren
Lirboyo, yaitu 1910 Masehi. Sementara sistem klasikal dimulai sejak berdirinya
Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien tahun 1925 Masehi hingga sekarang.
Adanya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien ini sangat disetujui oleh Pendiri Pondok
Pesantren Lirboyo, Hadrotus yaitu KH. Abdul Karim, sehingga beliau berpesan kepada semua santrinya “ SANTRI-SANTRI KANG
DURUNG BISO MOCO LAN NULIS KUDU SEKOLAH “ (para santri
yang belum bisa membaca dan menulis harus mengikuti sekolah).
Pesantren
Lirboyo memiliki 9 unit
yaitu PP HM Al Mahrusiyyah, PP Putri Hidayatul Mubtadi-aat (P3HM), PP Haji
Ya’qub (HY), PP Haji Mahrus HM ANTARA, PP Putri Tahfizhil Qur’an (P3TQ), PP
Putri Hidayatul Mubtadi-aat Al-Qur’aniyyah (HMQ), PP Darussalam, PP Murottilil
Qur’an (PPMQ), PP Salafiy Terpadu Ar-Risalah.
2.
PONDOK PESANTREN AL FALAH
Pada 1 Januari
1925, KH. A. Djazuli Usman mendirikan sebuah madrasah dan pondok pesantren dengan memanfaatkan serambi Masjid untuk kegiatan belajar mengajar para santri. Tanpa
terasa santri yang belajar dengan KH. A. Djazuli lama kelamaan terus bertambah, sehingga didirikanlah sebuah pondok pesantren.
Sistem Pendidikan
di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso yaitu sebagaimana kebanyakan pesantren di kota Kediri merupakan lembaga pendidikan
dan pengajaran dengan model salafaiyah. Program pendidikan dan pengajarannya, terdiri dari: Madrasah Ibtidaiyah (3 tahun), Madrasah Tsanawiyah (4
tahun) , dan Majelis Musyawarah Riyadlotut Tholabah (5 tahun).
Pada tingkat
Ibtidaiyah materi yang banyak ditekankan adalah masalah akidah dan akhlak,
sedangkan untuk tingkat Tsanawiyah ditekankan pada materi ilmu nahwu / sharaf
dan ditambah ilmu fiqih, faroidl serta balaghah. Adapun Majelis Musyawarah
merupakan kegiatan kajian kitab fiqih, yakni Fathul Qorib, selama satu tahun,
Kitab Fathul Mu’in selama 1 tahun dan Fathul Wahab selama 3 tahun.
3.
PONDOK PESANTREN MAUNAH SARI
Pondok
pesantren ini terletak di Bandar Kidul Kediri
Jawa Timur Pesantren
ini didirikan pada tahun 1967 oleh KH.M.Mubassyir Mundzir. Pada awal
berdirinya, Pesantren ini lebih mengkhususkan diri pada bidang Tashawwuf,
terutama peng-'Istiqomah'-an sholat berjamaah dan wirid/dzikir. Barulah, pada
tahun 1973, pesantren ini menerima santri puteri. Dan
mulai pada tahun itu pula, Pesantren ini membuka Program Pengajian Al
qur-an Bil-Ghoib (hafalan).
Seiring dengan
berjalannya waktu, Pesantren Ma'unah Sari pun terus berkembang, baik dari
segi jumlah santri, program pengajian, dan juga lingkungan pendidikan. Namun begitu, khusus untuk Pengajian Al-Qur-an bil Ghaib,
masih terbatas pada kalangan Santri Puteri, dibawah asuhan Ibu Nyai Hj.
Zuhriyyah Mundzir.
Pada tahun
1989, KH. M. Mubasyir Mundzir wafat, dan
dimakamkan di belakang masjid Pesantren Ma'unah Sari. Sebelum wafat, beliau telah memberikan wasiat
yang berkaitan dengan regenerasi Pengasuh Pesantren. Dan sesuai dengan
wasiat beliau, yang disaksikan oleh Ulama-ulama sepuh, pengasuh
selanjutnya diamanatkan kepada K. R. Abdul Hamid
Abdul Qadir yang saat itu dikenal dengan sebutan Gus Hamid.
Selanjutnya, dibawah asuhan dan bimbingan Kyai Abdul Hamid bersama Ibu Nyai Hj.Zuhriyyah, Pondok Pesantren Tahfidhul Qur-an Ma'unah Sari-pun semakin tumbuh dan berkembang. Latar belakang dan asal para santri juga terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, dan berasal dari berbagai pelosok Nusantara, termasuk Papua (Irian Jaya), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sumatera, dan lebih-lebih dari Pulau Jawa. Mulai saat itu pula, dibuka Program Pengajian Al-Qur-an bil-Ghaib untuk santri Putera.
Selanjutnya, dibawah asuhan dan bimbingan Kyai Abdul Hamid bersama Ibu Nyai Hj.Zuhriyyah, Pondok Pesantren Tahfidhul Qur-an Ma'unah Sari-pun semakin tumbuh dan berkembang. Latar belakang dan asal para santri juga terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, dan berasal dari berbagai pelosok Nusantara, termasuk Papua (Irian Jaya), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sumatera, dan lebih-lebih dari Pulau Jawa. Mulai saat itu pula, dibuka Program Pengajian Al-Qur-an bil-Ghaib untuk santri Putera.
4.
PONDOK PESANTREN AL-AMIN
Ponpes Al Amin
didirikan oleh K.H. Muhammad Anwar Iskandar di jalan raya Ngasinan No. 2 Kota Kediri
pada tahun 1995. Beliau mendirikan pondok pesantren ini
dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberikan tempat yang sehat (suasana
yang religius) dan mempunyai akhlaqul karimah kepada para pelajar agar mereka terhindar dari pergaulan yang tidak baik.
Pada awal mulanya
pondok pesantren ini hanya mengkaji kitab-kitab klasik dan al-Qur'an. Baru pada tahun 1998 didirikan madrasah diniyah dengan
sistem klasikal. Mereka yang mondok harus mengikutinya dan dibedakan
antara santri
satu dengan yang lain sesuai dengan kemampuannya
dalam memahami kitab kuning.
Pada awalnya
sekolah diniyah ini hanya ada tiga kelas dan mushalla adalah sebagai pusat
proses belajar mengajar. Antara kelas 1, 2 dan 3 hanya dipisah oleh papan. Kemudian pada tahun 2004-2005 jumlah kelas menjadi 4
kelas, 1 sampai 3 tingkat ibtida' (awal) dan yang satu tingkat tsanawiyah. Pada
tahun 2005 dibuka SMK Al-Amin. Sehingga dalam proses belajar mengajar
menggunakan fasilitas tersebut, karena madrasah diniyah masuknya pada malam
hari yaitu jam 19.00 wib. Adapun kepala sekolah diniyah adalah kyai Abdul
Kholiq Ali dari Pasuruan.
Setelah kyai
Abdul Kholiq Ali diganti oleh menantu K.H. Muhammad Anwar Iskandar yaitu H.
Agus Fuad Fajrus Shobah dari Blitar, maka ada sedikit pergantian nama kelas,
yang dulunya satu tsanawiyah diganti kelas empat ibtida' sampai
sekarang, adapun jumlah kelas ada enam. Karena setiap ajaran baru santri bertambah banyak. Adapun
jumlah santri sekarang sekitar 400
anak. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Ciamis, Banyuwangi,
Brebes dan lain-lain, dan ada juga yang dari luar Jawa seperti Riau dan
Lampung. Jadi perkembangan pendidikan di pondok pesantren Al-Amin ini sangat
bagus. Yang dulunya belum ada diniyah dan sekolah formal, sekarang sudah ada.
Adapun
keberadaan SMK Al-Amin bertujuan untuk menarik
minat para santri untuk belajar di
lembaga formal agar nantinya para santri selain memiliki ilmu agama
juga memiliki skill secara formal. Keberadaan SMK Al-Amin juga bertujuan agar siswa
yang belajar di
lembaga tersebut dapat
ikut mondok, disamping mempunyai keterampilan secara formal juga
mendalami ilmu agama. Jadi antara ilmu agama, umum dan skill bisa mereka
peroleh dengan seimbang.
5.
PONDOK PESANTREN AL ISLAH
Lokasi Pondok
berada di sebelah Barat alun-alun Kota Kediri, tepatnya di sebelah
Selatan perempatan Jl. Bandar Ngalim Bandarkidul-Mojoroto-Kota
Kediri. Yang menjadikan al-Ishlah berbeda dengan pesantren lainnya, yakni
adanya kebijakan yang memberikan kesempatan kepada para santrinya untuk
menuntut ilmu dilembaga formal yang berada diluar pesantren. Maka banyak
pelajar yang datang dari berbagai daerah untuk memperdalam ilmu agama di Al-Ishlah sambil sekolah diberbagai lembaga pendidikan formal
maupun non formal yang ada di wilayah kediri dan sekitarnya.
Dalam mendidik
santri yang siang hari tidak sekolah formal, maka KH. Thoha Mu’id selalu mengarahkannya untuk mengikuti ro’an, dari
sini santri secara tidak langsung akan belajar berwirausaha, baik itu melalui
pemberdayaan koperasi, ketrampilan, keahlian dan lain-lain. Khusus dalam ro’an
bangunan fisik, ketika selesai bangunan yang satu maka sebagai alternatif
untuk kegiatan santri akan dicarikan bangunan yang lain untuk dapat direnovasi,
itu dilaksanakan secara terus menenus. Hal itu bertujauan agar jangan
sampai santri nganggur¸
tanpa ada aktivitas.
6.
PONDOK PESANTREN AS SA’IDIYYAH
Pondok ini terletak di Jalan HOS
Cokroaminoto No 21 Jamsaren Kota Kediri. Pondok ini didirikan oleh Kyai Sa’id, bapak dari Nyai
Qoni’atus Zahro, istri dari K.H. Anwar Iskandar. Di dalam pondok
ini terdapat bangunan bertingkat tiga yang merupakan lembaga pendidikan satu
yayasan As-Saidiyah yaitu TK kusuma mulia, SDI YP Assa'idiyah, Mts Nurul Ula,
MA Nurul Ula dan SMU Islam YP Assa'idiyah, serta Madrasah Diniyah As-Sa’idiyah.
Santri pondok ini berasal dari
berbagai daerah, mulai dari Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, Surabaya,
Lamongan hingga luar Jawa Timur, seperti Klaten, Bekasi, Lampung.
Kebanyakan santri di pondok pesantren ini bersekolah di lembaga pendidikan satu
yayasan, sedangkan yang lain bersekolah di MAN 3 Kediri, MAN 2 Kediri, SMK 1
Kediri, SMK 3 Kediri, SMA 1 Kediri, SMA 8 Kediri, SMP 3 Kediri, MA Al-Huda, SMK
TI dan lain-lain serta ada juga yang sudah tidak bersekolah.
Pondok ini bukan merupakan pondok Qur’an ataupun
Salafiy, jadi bisa mondok sambil sekolah umum di luar. Kegiatan di pesantren ini sama dengan pesantren lainnya, seperti belajar kitab
(Tafsir Jalalain, Fathul Qarib, Washoya, makarimul ahklak, dll.), sekolah
diniyah yang setiap hari kitabnya juga sudah berbeda, rutinan malam Jumat
(untuk santri putri terdiri dari yasinan, istighasah, tahlilan, diba’iyyah,
open forum dll), acara Muhadarah pada malam ahad, khataman Al-Qur’an setiap 2
minggu sekali, acara PHBI, Ziaroh Wali, serta untuk umum khususnya alumni
terdapat acara “Pengajian Ahad Pon”. Tetapi jadwal kegiatan ini akan berubah
mulai dari kitab dan waktu saat Pondok Romadhon. Masalah makan, ambil sendiri-
sendiri di dapur (sesuai jadwal). Untuk jadwal pulang, setiap dua minggu
sekali.
7.
PONDOK PESANTREN DARUL MA’RIFAT GONTOR III
Pondok Modern
Darul Ma’rifat adalah salah satu cabang Pondok Modern Darussalam Gontor yang
berlokasi di Sumbercangkring, Gurah, Kediri. Pondok ini dibangun di atas areal
tanah seluas 6,5 ha. ini mulanya adalah wakaf dari keluarga Bapak H. Ridwan
(alm.) atas prakarsa Bapak Drs. K.H. Kafrawi Ridwan, M.A., salah satu putra
beliau.
Ketika dirintis
pada tahun 1988 oleh para alumni Gontor yang berasal dari Kediri, Pondok ini
bernama Makrifat. Setelah diwakafkan kepada Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal
11 Desember 1993 namanya diubah menjadi Darul Ma'rifat
Kulliyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyah (KMI)
Sistem
pendidikan di KMI Darul Ma’rifat sepenuhnya mengacu kepada sistem pendidikan
KMI Pondok Modern Darussalam Gontor.
Para santri
Darul Ma’rifat adalah mereka yang mendaftar untuk masuk di Gontor I. Setelah
melalui ujian masuk, mereka ditempatkan di Darul Ma’rifat. Disamping itu,juga
banyak santri yang mendaftar langsung di Darul Ma’rifat. Bagi santri-santri
ini, ujian akhir kelas IV, praktek mengajar, dan berbagai aktifitas lain
menjelang kelulusan akan diselenggarakan di Gontor I.
Pengasuhan Santri
Di luar kelas
santri mendapat bimbingan, pengajaran, dan pengembangan secara intensif oleh
Pengasuhan santri yang bertanggungjawab menangani berbagai aktivitas
ekstrakurikuler yang meliputi keorganisasian, kepramukaan, bahasa, disiplin,
olahraga, ketrampilan, kesenian, akhlak, ibadah, dll.
8.
PONDOK PESANTREN AL-HUSNA
Pada tahun 1985 pondok ini didirikan oleh al-Magfurlah Bapak KH.
Ahmad Dailami Husni yang bertempat di jalan Banjaran gang 01 No 89 Kecamatan
Kota Kota Kediri, Jawa Timur. Unit Pendidikan di
Pondok Pesantren Al-Husna di antaranya :
1. Madrasah
Diniyyah
2. Kegiatan
Muhadlarah
3. Tartilil
Qur’an
4. Jam’iyyah
Diba’ Al-Barzanji
5. TPA dan TPQ
Murotil Al-Qur’an
6. Pendidikan
Diniyah dan TPA, TPQ telah terdaftar di Kantor Kementrian Agam Republik
Indonesi
Ada beberapa
cirri yang dimiliki pondok pesantren Al-Husna sebagai lembaga pendidikan
sekaligus sebagai lembaga sosoial yang secara informasi itu terlibat dalam
pengembangan masyarakat pada umumnya.
Di Pondok
Pesantren Al-Husna Masjid merupakan sentral kegiatan para santri untuk proses
belajar mengajar. Didalamnya para santri dibina mental dan dipersiapkan agar
mempu mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu masjid di samping
sebagai wadah (pusat) pelaksanaan Ibadah juga sebagai tempat Muhadlarah,
Qira’ah dan membaca Kitab-Kitab Salaf.
Sedangkan pondok
(asrama) santri di pondok pesantren Al-Husna terdiri dari 6 asrama :
1) Asrama A
untuk kelas I
2) Asrama B
untuk kelas II dan III
3) Asrama C
untuk kelas II dan III
4) Asrama D
untuk kelas I dan II
5) Asrama E
untuk kelas III
6) Asrama F
untuk pengurus ( Kantor )
Santri-santri pesantren Al-Husna sebagian besar
merupakan santri dari sekolah-sekolah umum seperti MAN 3, SMK Al-Huda, dan
mereka nyantri rata-rata selama 3 tahunan sesuai dengan sekolah di formalnya.
Mungkin bisa dikasih sumber tulisannya. Hehe.
BalasHapus