Rabu, 10 Desember 2014

Pondok Pesantren di Kediri


1.       PONDOK PESANTREN LIRBOYO

Lirboyo, merupakan nama dari desa yang berada di Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Jawa Timur.  Dulu desa ini merupakan sarang penyamun dan perampok. Namun berkat kerja keras KH Abdul Karim, seorang ulama' yang berasal dari Magelang berhasil mengubah masyarakatnya menjadi masyarakat yang santun dan agamis, bermazhab ahlussunanh wal jamaah, dan berorganisasikan Nahdhatul Ulama (NU) lewat pendidikan pesantren.
Sistem pendidikan dan pengajaran di Pondok Lirboyo, adalah sistem Klasikal dan sistem Klasik (bandongan, sorogan dan wethon). Sistem klasik diajarkan di Pondok Pesantren Lirboyo sebelum berdirinya  Madrasah Hidayatul  Mubtadi-ien tepatnya sejak berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo, yaitu 1910 Masehi. Sementara sistem klasikal dimulai sejak berdirinya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien tahun 1925 Masehi hingga sekarang.
Adanya Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien ini sangat disetujui oleh Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Hadrotus yaitu KH. Abdul Karim, sehingga beliau berpesan kepada semua santrinya “ SANTRI-SANTRI KANG DURUNG BISO MOCO LAN NULIS KUDU SEKOLAH “ (para santri yang belum bisa membaca dan menulis harus mengikuti sekolah).
Pesantren Lirboyo memiliki 9 unit yaitu PP HM Al Mahrusiyyah, PP Putri Hidayatul Mubtadi-aat (P3HM), PP Haji Ya’qub (HY), PP Haji Mahrus HM ANTARA, PP Putri Tahfizhil Qur’an (P3TQ), PP Putri Hidayatul Mubtadi-aat Al-Qur’aniyyah (HMQ), PP Darussalam, PP Murottilil Qur’an (PPMQ), PP Salafiy Terpadu Ar-Risalah.
       

2.     PONDOK PESANTREN AL FALAH

Pada 1 Januari 1925, KH. A. Djazuli Usman mendirikan sebuah madrasah dan pondok pesantren dengan memanfaatkan serambi Masjid untuk kegiatan belajar mengajar para santri. Tanpa terasa santri yang belajar dengan KH. A. Djazuli lama kelamaan terus bertambah, sehingga didirikanlah sebuah pondok pesantren.
Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso yaitu sebagaimana kebanyakan pesantren di kota Kediri merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran dengan model salafaiyah. Program pendidikan dan pengajarannya, terdiri dari: Madrasah Ibtidaiyah (3 tahun), Madrasah Tsanawiyah (4 tahun) , dan Majelis Musyawarah Riyadlotut Tholabah (5 tahun).
Pada tingkat Ibtidaiyah materi yang banyak ditekankan adalah masalah akidah dan akhlak, sedangkan untuk tingkat Tsanawiyah ditekankan pada materi ilmu nahwu / sharaf dan ditambah ilmu fiqih, faroidl serta balaghah. Adapun Majelis Musyawarah merupakan kegiatan kajian kitab fiqih, yakni Fathul Qorib, selama satu tahun, Kitab Fathul Mu’in selama 1 tahun dan Fathul Wahab selama 3 tahun.


3.       PONDOK PESANTREN MAUNAH SARI

Pondok pesantren ini terletak di Bandar Kidul Kediri Jawa Timur Pesantren ini didirikan pada tahun 1967 oleh KH.M.Mubassyir Mundzir. Pada awal berdirinya, Pesantren ini lebih mengkhususkan diri pada bidang Tashawwuf, terutama peng-'Istiqomah'-an sholat berjamaah dan wirid/dzikir. Barulah, pada tahun 1973, pesantren ini menerima santri puteri. Dan mulai pada tahun itu pula, Pesantren ini membuka Program Pengajian Al qur-an Bil-Ghoib (hafalan).
Seiring dengan berjalannya waktu, Pesantren Ma'unah Sari pun terus berkembang, baik dari segi jumlah santri, program pengajian, dan juga lingkungan pendidikan. Namun begitu, khusus untuk Pengajian Al-Qur-an bil Ghaib, masih terbatas pada kalangan Santri Puteri, dibawah asuhan Ibu Nyai Hj. Zuhriyyah Mundzir.
Pada tahun 1989, KH. M. Mubasyir Mundzir wafat, dan dimakamkan di belakang masjid Pesantren Ma'unah Sari.  Sebelum wafat, beliau telah memberikan wasiat  yang berkaitan dengan regenerasi Pengasuh Pesantren. Dan sesuai dengan wasiat beliau, yang disaksikan oleh Ulama-ulama sepuh, pengasuh selanjutnya diamanatkan kepada  K. R. Abdul Hamid Abdul Qadir yang saat itu dikenal dengan sebutan Gus Hamid.
Selanjutnya, dibawah asuhan dan bimbingan Kyai Abdul Hamid bersama Ibu Nyai Hj.Zuhriyyah, Pondok Pesantren Tahfidhul Qur-an Ma'unah Sari-pun semakin tumbuh dan berkembang. Latar belakang dan asal para santri juga terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, dan berasal dari berbagai pelosok Nusantara, termasuk Papua (Irian Jaya), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sumatera, dan lebih-lebih dari Pulau Jawa. Mulai saat itu pula, dibuka Program Pengajian Al-Qur-an bil-Ghaib untuk santri Putera.
          


4.       PONDOK PESANTREN AL-AMIN
 
Ponpes Al Amin didirikan oleh K.H. Muhammad Anwar Iskandar di jalan raya Ngasinan No. 2 Kota Kediri pada tahun 1995. Beliau  mendirikan pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memberikan tempat yang sehat (suasana yang religius) dan mempunyai akhlaqul karimah kepada para pelajar agar mereka terhindar dari pergaulan yang tidak baik.
Pada awal mulanya pondok pesantren ini hanya mengkaji kitab-kitab klasik dan al-Qur'an. Baru pada tahun 1998 didirikan madrasah diniyah dengan sistem klasikal. Mereka yang mondok harus mengikutinya dan dibedakan antara santri satu dengan yang lain sesuai dengan kemampuannya dalam memahami kitab kuning.
Pada awalnya sekolah diniyah ini hanya ada tiga kelas dan mushalla adalah sebagai pusat proses belajar mengajar. Antara kelas 1, 2 dan 3 hanya dipisah oleh papan. Kemudian pada tahun 2004-2005 jumlah kelas menjadi 4 kelas, 1 sampai 3 tingkat ibtida' (awal) dan yang satu tingkat tsanawiyah. Pada tahun 2005 dibuka SMK Al-Amin. Sehingga dalam proses belajar mengajar menggunakan fasilitas tersebut, karena madrasah diniyah masuknya pada malam hari yaitu jam 19.00 wib. Adapun kepala sekolah diniyah adalah kyai Abdul Kholiq Ali dari Pasuruan.
Setelah kyai Abdul Kholiq Ali diganti oleh menantu K.H. Muhammad Anwar Iskandar yaitu H. Agus Fuad Fajrus Shobah dari Blitar, maka ada sedikit pergantian nama kelas, yang dulunya satu tsanawiyah diganti kelas empat ibtida' sampai sekarang, adapun jumlah kelas ada enam. Karena setiap ajaran baru santri bertambah banyak. Adapun jumlah santri sekarang sekitar 400 anak. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Ciamis, Banyuwangi, Brebes dan lain-lain, dan ada juga yang dari luar Jawa seperti Riau dan Lampung. Jadi perkembangan pendidikan di pondok pesantren Al-Amin ini sangat bagus. Yang dulunya belum ada diniyah dan sekolah formal, sekarang sudah ada.
Adapun keberadaan SMK Al-Amin bertujuan untuk menarik minat para santri untuk belajar di lembaga formal agar nantinya para santri selain memiliki ilmu agama juga  memiliki skill secara formal. Keberadaan SMK Al-Amin juga bertujuan agar siswa yang belajar di lembaga tersebut dapat ikut mondok, disamping mempunyai keterampilan secara formal juga mendalami ilmu agama. Jadi antara ilmu agama, umum dan skill bisa mereka peroleh dengan seimbang.



5.       PONDOK PESANTREN AL ISLAH 

Lokasi Pondok berada di sebelah Barat alun-alun Kota Kediri,  tepatnya di sebelah Selatan perempatan Jl. Bandar Ngalim Bandarkidul-Mojoroto-Kota Kediri. Yang menjadikan al-Ishlah berbeda dengan pesantren lainnya, yakni adanya kebijakan yang memberikan kesempatan  kepada para santrinya untuk menuntut ilmu dilembaga formal yang berada diluar pesantren. Maka banyak pelajar yang datang dari berbagai daerah untuk memperdalam ilmu agama di Al-Ishlah sambil sekolah diberbagai lembaga pendidikan formal maupun non formal yang ada di wilayah kediri dan sekitarnya.
Dalam mendidik santri yang siang hari tidak sekolah formal, maka KH. Thoha Mu’id selalu mengarahkannya untuk mengikuti ro’an, dari sini santri secara tidak langsung akan belajar berwirausaha, baik itu melalui pemberdayaan koperasi, ketrampilan, keahlian dan lain-lain. Khusus dalam ro’an bangunan fisik,  ketika selesai bangunan yang satu maka sebagai alternatif untuk kegiatan santri akan dicarikan bangunan yang lain untuk dapat direnovasi, itu dilaksanakan secara terus menenus. Hal itu bertujauan agar  jangan sampai santri nganggur¸ tanpa ada aktivitas.


6.     PONDOK PESANTREN AS SA’IDIYYAH

Pondok ini terletak di Jalan HOS Cokroaminoto No 21 Jamsaren Kota Kediri. Pondok ini didirikan oleh Kyai Sa’id, bapak dari Nyai Qoni’atus Zahro, istri dari K.H. Anwar Iskandar. Di dalam pondok ini terdapat bangunan bertingkat tiga yang merupakan lembaga pendidikan satu yayasan As-Saidiyah yaitu TK kusuma mulia, SDI YP Assa'idiyah, Mts Nurul Ula, MA Nurul Ula dan SMU Islam YP Assa'idiyah, serta Madrasah Diniyah As-Sa’idiyah. Santri pondok ini berasal dari berbagai daerah, mulai dari Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, Surabaya, Lamongan hingga luar Jawa Timur, seperti Klaten, Bekasi, Lampung.
Kebanyakan santri di pondok pesantren ini bersekolah di lembaga pendidikan satu yayasan, sedangkan yang lain bersekolah di MAN 3 Kediri, MAN 2 Kediri, SMK 1 Kediri, SMK 3 Kediri, SMA 1 Kediri, SMA 8 Kediri, SMP 3 Kediri, MA Al-Huda, SMK TI dan lain-lain serta ada juga yang sudah tidak bersekolah. 
Pondok ini bukan merupakan pondok Qur’an ataupun Salafiy, jadi bisa mondok sambil sekolah umum di luar. Kegiatan di pesantren ini sama dengan pesantren lainnya, seperti belajar kitab (Tafsir Jalalain, Fathul Qarib, Washoya, makarimul ahklak, dll.), sekolah diniyah yang setiap hari kitabnya juga sudah berbeda, rutinan malam Jumat (untuk santri putri terdiri dari yasinan, istighasah, tahlilan, diba’iyyah, open forum dll), acara Muhadarah pada malam ahad, khataman Al-Qur’an setiap 2 minggu sekali, acara PHBI, Ziaroh Wali, serta untuk umum khususnya alumni terdapat acara “Pengajian Ahad Pon”. Tetapi jadwal kegiatan ini akan berubah mulai dari kitab dan waktu saat Pondok Romadhon. Masalah makan, ambil sendiri- sendiri di dapur (sesuai jadwal). Untuk jadwal pulang, setiap dua minggu sekali.


7.     PONDOK PESANTREN DARUL MA’RIFAT GONTOR III

Pondok Modern Darul Ma’rifat adalah salah satu cabang Pondok Modern Darussalam Gontor yang berlokasi di Sumbercangkring, Gurah, Kediri. Pondok ini dibangun di atas areal tanah seluas 6,5 ha. ini mulanya adalah wakaf dari keluarga Bapak H. Ridwan (alm.) atas prakarsa Bapak Drs. K.H. Kafrawi Ridwan, M.A., salah satu putra beliau.
Ketika dirintis pada tahun 1988 oleh para alumni Gontor yang berasal dari Kediri, Pondok ini bernama Makrifat. Setelah diwakafkan kepada Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 11 Desember 1993 namanya diubah menjadi Darul Ma'rifat

Kulliyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyah (KMI)
Sistem pendidikan di KMI Darul Ma’rifat sepenuhnya mengacu kepada sistem pendidikan KMI Pondok Modern Darussalam Gontor.
Para santri Darul Ma’rifat adalah mereka yang mendaftar untuk masuk di Gontor I. Setelah melalui ujian masuk, mereka ditempatkan di Darul Ma’rifat. Disamping itu,juga banyak santri yang mendaftar langsung di Darul Ma’rifat. Bagi santri-santri ini, ujian akhir kelas IV, praktek mengajar, dan berbagai aktifitas lain menjelang kelulusan akan diselenggarakan di Gontor I.
Pengasuhan Santri
Di luar kelas santri mendapat bimbingan, pengajaran, dan pengembangan secara intensif oleh Pengasuhan santri yang bertanggungjawab menangani berbagai aktivitas ekstrakurikuler yang meliputi keorganisasian, kepramukaan, bahasa, disiplin, olahraga, ketrampilan, kesenian, akhlak, ibadah, dll.


8.     PONDOK PESANTREN AL-HUSNA 

Pada tahun 1985 pondok ini didirikan oleh al-Magfurlah Bapak KH. Ahmad Dailami Husni yang bertempat di jalan Banjaran gang 01 No 89 Kecamatan Kota Kota Kediri, Jawa Timur. Unit Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Husna di antaranya :
1. Madrasah Diniyyah
2. Kegiatan Muhadlarah
3. Tartilil Qur’an
4. Jam’iyyah Diba’ Al-Barzanji
5. TPA dan TPQ Murotil Al-Qur’an
6. Pendidikan Diniyah dan TPA, TPQ telah terdaftar di Kantor Kementrian Agam Republik Indonesi
Ada beberapa cirri yang dimiliki pondok pesantren Al-Husna sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga sosoial yang secara informasi itu terlibat dalam pengembangan masyarakat pada umumnya.
Di Pondok Pesantren Al-Husna Masjid merupakan sentral kegiatan para santri untuk proses belajar mengajar. Didalamnya para santri dibina mental dan dipersiapkan agar mempu mandiri dibidang ilmu keagamaan. Oleh karena itu masjid di samping sebagai wadah (pusat) pelaksanaan Ibadah juga sebagai tempat Muhadlarah, Qira’ah dan membaca Kitab-Kitab Salaf.
Sedangkan pondok (asrama) santri di pondok pesantren Al-Husna terdiri dari 6 asrama :
1) Asrama A untuk kelas I
2) Asrama B untuk kelas II dan III
3) Asrama C untuk kelas II dan III
4) Asrama D untuk kelas I dan II
5) Asrama E untuk kelas III
6) Asrama F untuk pengurus ( Kantor )
Santri-santri pesantren Al-Husna sebagian besar merupakan santri dari sekolah-sekolah umum seperti MAN 3, SMK Al-Huda, dan mereka nyantri rata-rata selama 3 tahunan sesuai dengan sekolah di formalnya.

1 komentar: